Hari ini adalah hari pertama puasa di tahun 2013 atau lebih tepatnya tahun 1434 Hijriyah. Gue sangat bersyukur masih bisa menjalani puasa hingga tahun ini, bulan yang penuh rahmat dan berkah bagi umat Muslim dunia.
Bisa dibilang sahur pertama gue, adalah sahur ajaib. Kenapa? Karena dini hari tadi, gue sahur lontong sayur. Dimana si penjual memang menjajakan lontong sayur hanya di jam 12 malam hingga dini hari. Gue masih nggak habis pikir dengan ibu-ibu si penjual lontong, kenapa dia hanya menjual lontong di tengah malam. Apa gue yang ketinggalan katrok, atau memang lontong sayur sudah memasuki dunia malam, gue nggak tau. Apa mungkin lontong tidak lagi menjadi sebuah imej makanan untuk sarapan. Tapi terbukti, yang gue makan dini hari tadi itu adalah lontong sayur.
Gue emang nggak sempat lagi untuk nyari tempat sahuran lain, karena gue bangun jam 4 lewat 10 menit. Jadi yang kebayang di benak gue adalah lontong sayur bude yang ada di sebelah. Dan tanpa berpikir panjang, gue langsung menuju ke warung bude lontong.
Pada awalnya gue emang udah tau kalo di warung itu tiap tengah malam selalu dibuka untuk jualan makanan. Tapi gue nggak tau kalo yang di jual itu adalah lontong sayur. Mungkin kira-kira tiga bulan yang lalu adalah pertama kalinya gue mencicipi lontong si bude.
Three month ago...
Wakti itu sekitar jam 11 malam, saat kondisi perut gue yang sedang laper-lapernya. Gue coba keluar dari rumah dengan berlari-lari kecil sambil berhujan-hujan ria dan
pergi ke tempat tukang mie goreng langganan gue, ternyata tutup. Waktu itu gue menyesal kenapa gue harus berlari-lari kecil, perut gue jadi tambah lapar. Gak sampai disitu,
karena keinginan perut gue yang kuat, gue coba untuk mencari tempat jual
makanan lain, dan takdir masih berpihak kepada gue, Aura Kasih juga nerima cinta
gue (oke, ini ngarang), gue
beruntung. Ternyata masih ada bude yang
buka warung tengah malam. Tanpa berpikir panjang dan basa basi, gue langsung
menanyakan jenis makanan apa yang cocok buat lambung gue.
“bu
dhe, jual makanan apa bu dhe?”
gue bertanya dengan iler berceceran.
“lontong mas, makan sini atau
bungkus?” kata si bude dengan logat jawa-nya.
Lontong? Gue
masih mikir. Apakah bude ini betul-betul
serius jualan lontong di tengah malam. Atau gue yang katrok, kalau lontong sudah
melakukan ekspansi hingga ke dunia malam. Sejak kapan?. Bukannya lontong adalah
makanan identik dengan “sarapan pagi”. Gue galau. Gue menduga kalau ada
kejadian mistik di warung ini.
“emm…cuman lontong aja ya, bude?” gue mengigil.
“iya mas, cuman lontong doang....”
sambil konsentrasi meracik lontong pesanan orang
lain.
“ya udah deh bude, saya pesen satu ya, bungkus”.
Gue
masih mikir, apakah makanan yang dijual oleh bude ini beneran lontong atau hanya
sekedar lontong. Bisa jadi itu lontong jadi-jadian. Gue memperhatikan bagaimana
si bude melakukan gerakan fusion untuk mengkombinasikan ketupat,
sambal teri, kuah gulai nangka dan bihun sebagai aksesoris lontong. Dilihat
dari skill dan gerakan penggunaan pisau, bisa gue pastikan kalau si bude ini
memiliki Sertifikasi Nasional Penjual Lontong, gesit banget, man! Gue yakin ini adalah lontong
sebenar-benarnya lontong sesuai dengan SLI (Standart Lontong Indonesia).
Setelah lontong gue dirakit menjadi satu (emang
nya bom….?), gue mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah.
“berapa harga lontongnya, bude?”
“enam ribu, mas…” jawabnya kalem
“……….” Hoekk. Keselek tai unta.
Ini
beneran enam ribu? Gue masih gak percaya. Ternyata masih ada makanan sekelas
lontong di Batam dengan harga enam ribu. Setau gue, lontong yang
beredar di pasaran Batam harganya mencapai harga tujuh ribu bahkan delapan ribu kalau
pake telor yang berlokasi di perkotaan. Dan malem itu, gue menemukan lontong enam ribu dengan
porsi untuk makan kuda nil, banyak banget.
Alhasil, sahur pertama gue, di back-up dengan lontong sayur. Lontong sayur untuk sahur. Tapi apapun makanan yang kita makan untuk sahur akan tetap menjadi berkah jika kita menjalankan puasa dengan niat yang sebenar-benarnya niat, bukan karena ikut-ikutan.
Selain soal sahur, gue memulai menjalankan ibadah puasa dengan memotong rambut gue sampai plontos, atau semi botak. Yah, berharap kepala gue menjadi ringan, dan gue juga dapat menjalankan ibadah puasa dengan ringan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar