Berhubung gue adalah anak film (anak pilem? apa ini...) gue mau ngebahas soal film atau siaran yang ada di televisi.
Film atau acara televisi di Indonesia sekarang ini kebanyakan nggak ada daya tariknya. Beda banget ama jaman dulu. Nggak percaya? Ya udah, tanyain aja sama rumput yang bergoyang.
*sambil goyang-goyangin rumput sendirian*
Coba deh kalian bandingin film atau acara televisi jaman sekarang dengan jaman dulu sewaktu kita masih ucul-ucul-nya (baca: lucu-lucunya, dibalik gitu, biar kayak bahasa arab, dari kanan ke kiri). Bisa dibilang, gue adalah penggemar film sejak kecil. Menurut gue, film maupun acara televisi yang disiarkan sewaktu kita masih anak-anak, dapat meninggalkan kesan (entah itu kesan yang positif atau negatif) terhadap kita.
Contohnya aja Doraemon. Nggak ada seorang anak manusia yang nggak kenal ama robot gedek versi kucing ini. Mulai dari balita sampai nenek-nenek yang lagi nyusun skripsi, gue yakin pasti pada kenal dengan Doraemon. Bagi gue, Doraemon adalah acara kartun anak-anak sepanjang masa.
Selain Doraemon, kita pasti masih ingat dengan film India. Kenapa harus India? Bentar, gue jelasin.
Ehem.
#naikinKerahBaju
Kenapa film india dapat memberikan kesan pada memori orang yang menontonnya? Itu tak lepas dari format film india itu sendiri. Kalo gue menyebutkan dua kata, yaitu "film india", gue yakin yang tersirat di otak kalian adalah, tarian, alur percintaan diiringi dengan tarian, nyanyian ditambah tarian lagi, ada yang putus cinta trus nyanyi dengan tarian juga tentunya, tiba-tiba ada satu grup dancer yang ikut menari mengiringi kegalauan sang aktor. Absurd. Benar, film india penuh dengan unsur tarian, yah mungkin kalau dibandingin dengan film sekarang, jatoh-jatohnya saingan sama film Step Up 3D Revolution.
Tapi realitanya, konsep tarian di film india nggak bisa di bawa pada kehidupan nyata. Kalian tentunya nggak akan bisa mengundang teman teman kalian buat mengiringi suasana hati kalian pas diputusin ama pacar, atau lagi mau menyatakan cinta dengan konsep tarian.
***
#misalnya
Suatu saat si Rian ingin menyatakan cinta kepada si Fatimah dalam suatu acara makan malam romantis yang sudah diatur sedemikian seksi agar rencana penembakan cinta berjalan sesuai rencana. Dan tibalah pada saat acara penembakan...
"Fatimah, kamu mau nggak jadi pacar aku...?" tanya Rian dengan sedikit gugup sambil menahan kencing yang udah di ujung bibir si otong.
dengan sedikit tersipu malu, Fatimah menjawab, "iya, aku mau jadi pacar kamu..."
Spontan orang-orang yang duduk berdekatan dengan meja makan Rian dan Fatimah langsung berbaris mengambil posisi dengan baju yang seragam tapi berbeda warna tanpa corak yang kontras. Dan musik pun mulai mengiringi tarian cinta untuk perayaan diterimanya cinta Rian oleh Fatimah. Dan Rian pun menyanyi dan iku menari berbarengan dengan orang-orang yang nggak dikenal tadi.
#kenyataannya
Nggak ada satu orang pun di dunia ini yang rela joget di depan Rian dan Fatimah, apalagi saat makan malam di sebuah restoran.
***
Disini gue tekankan, nggak semua teman kalian itu jago nari. Kalo lo mau sewa dancer, kemahalan. Sekali perform musti bayar sekian juta. Mungkin karena alasan tidak masuk akalnya film india, film bergenre jenis tarian ini sudah tidak tampil di layar kaca kita. Sekarang banyak di dominasi oleh acara infotainment.
Untuk film india, gue akhiri sampai disini. Sebenarnya masih banyak ke-absurd-an film india yang belum gue bahas. Misalnya seorang polisi kurus kering berbaju coklat (polisi india) dengan motor bersuara kaleng bisa mengalahkan ratusan preman dengan sebuah senjata yang berisikan 8 biji peluru, ada adegan dimana setiap dia ditembakin ama penjahatnya, nggak pernah kena. #hening
Kita tinggalkan film india. Selanjutnya gue masuk ke film telenovela. Ya benar, gue hidup bersama seorang ibu (mama gue) yang menjadi Ketua Bidang sekte sesat Persatuan Telenovela Mamak-Mamak. Kenapa gue masih teringat dengan film telenovela? Karena di otak gue udah terpatri secara tak sadar (oleh emak gue sendiri). Dulu saat gue mau menonton tayangan Kera Sakti (tau kan? sejenis monyet yang bawa-bawa tongkat dan jago berantem), channel Kera Sakti kesayangan gue selalu di ganti dengan ibu gue menjadi siaran telenovela. Berhubung gue adalah anak baik dan rajin menabung, serta berani menyeberangkan nenek-nenek di jalan raya, maka gue memberikan remote TV ke emak gue, ya diiringi dengan omelan tentunya.
"ngapain sih, monyet lepas gitu di tonton... nah, yang ini baru bagus, minggu kemarin mama ketinggalan ceritanya, jadi harus nonton..."
Sebenarnya itu cuman pernyataan retoris yang emang nggak bisa gue bantah. Tiap hari juga Telenovela ini diputerin. Lagian kalo misalnya minggu lalu nggak sempat nonton, kan di episode berikutnya bakalan ada flashback "cerita sebelumnya..." di sudut kiri bawah layar kaca.
Nggak cukup merebut remote televisi dan diusir dari televisi hingga ngungsi ke kamar, emak gue ini suka menyetel suara dari film telenovela yang ditontonnya sekencang mungkin, biar saingan ama film telenovela "Maria Mercedez"-nya tetangga sebelah. Jadi kalo elo nanyakin gue beberapa nama tokoh telenovela jaman dulu, gue kasih tau. Mulai dari yang cowoknya, ada yang bernama Lopez, Diego, Pedro, Armando, Fernando Hose, Sergio, Carlos Daniel, mungkin itu cukup buat referensi kalian. Untuk tokoh nama ceweknya ada beberapa nama yang ada di otak gue, seperti Maria, Paula, Paulina (kembarannya Paula), Rosalinda, Marimar, Fedra, Soraya, dan sebagainya.
Untuk adegan telenovela, banyak diambil dengan latar belakang masalah dalam sebuah keluarga. Misalnya, anak tiri, ibu tiri, saudara yang gila harta, sampai ke masalah anak yang salah pungut (gue nggak ngerti gimana konteks anak salah pungut gini). Kalau dibandingkan dengan jaman sekarang, bisa di bilang film telenovela akan bersaing keras dengan sinetron yang ada di layar kaca kita sekarang, seperti Cinta Fitri The Season.
Atas dasar itulah mungkin, cerita drama telenovela membekas dan dapat membuat masyarakat Indonesia, ibu-ibu kurang kerjaan pada khususnya lebih cenderung hobi menonton sinetron daripada berolahraga lari-lari kecil atau berlari-lari besar.
Nggak percaya juga? oke gue kasih realita dari kejadian nyata gue. Dimana gue sedang chatting dengan seorang tante yang sangat fanatik dengan telenovela Rosalinda. Gue punya temen tante-tante. Bukan, gue nggak main sama tante-tante. Gini, gue punya tante, namanya Tante Nova (bukan nama samaran-red). Gue manggil dia "tante" karena dia lebih tua dan sudah punya anak, sedangkan gue masih muda (tssaah).
Jadi gini...
Gue sama Tante Nova lagi chatting melalui BBM. Dan kemudian...
Agak absurd memang bagi yang nggak terlalu mengerti soal telenovela. Cerita sebenarnya adalah, si Tante Nova ngabarin gue kalau BBM-nya ganti yang baru. Jadi dia berupaya untuk menghapus kontak gue di BBM yang lama milik si tante. Gue nggak tau kalau akhirnya jadi bakalan kayak drama telenovela gini. Dan seharusnya bukan nama "Penelope" yang gue sebut, seharusnya pasangan Fernando Hose itu Rosalinda. Gue salah. Gue salah besar, oh Rosalinda!
Nah, itu baru film india dan telenovela, belum lagi cerita lainnya...
agak absurd...memang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar